HAKIKAT PELATIHAN
Perkembangan dunia olahraga dewasa ini semakin berkembang
dan maju. Indonesia merupakan Negara berkembang yang selalu dipertimbangkan
dalam percaturan dunia olahraga. Ada cabang-cabang olahraga yang dapat
mengharumkan nama bangsa ini, dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan
prestasi olahraga tersebut di Negara ini, maka upaya tersebut tidak terlepas
dari sumber daya manusia yang menjadikan objek tersebut berkembang. Objek yang
dimaksud adalah atlet dan pelatih.
Pelatih merupakan ujung tombak dalam upaya menunjang
keberhasilan prestasi olahragawan. Agar atlet mencapai prestasi dengan baik,
maka pelatih harus menguasai teori dan metodologi latihan atau prinsip-prinsip
melatih, bekal dasar ilmu melatih tersebut merupakan landasan yang berpedoman
pada pembinaan dan peningkatan kondisi fisik, beban latihan, meningkatkan
keterampilan, teknik, taktik dan strategi.
Ledakan pengetahuan dalam ilmu Kepelatihan telah mencapai
yang mengagumkan. Di banyak Pendidikan dasar Universitas mendukung penelitian
yang ditujukan untuk meneliti gerakan manusia. Banyak majalah penelitian baru
yang diterbitkan untuk menampung jumlah penelitian yang makin banyak yang
dihasilkan oleh berbagai ilmu olahraga. Hal yang nampak di tahun akhir-akhir
ini, praktik para pelatih telah menampakkan keadaan pengetahuan ilmu
kepelatihan.
Pada waktu terdahulu untuk menjadi calon pelatih hanyalah
hasrat untuk bekerja dengan olahragawan dan pengetahuan dasar olahraga
tertentu. Sekarang pelatih yang berhasil harus memahami prinsip-prinsip ilmu
yang bias menerapkan dan menunjukkan penampilan olahragawan. Pada tahun
terakhir metode telah di tetapkan pada penelitian olahraga secara meyakinkan.
Ribuan ilmuwan yang bekerja di bidang ini dan di Laboratorium di seluruh dunia
telah mengadakan penelitian dengan maksud untuk memperjelas pengetahuan kita
tentang olahragawan dan factor-faktor yang menentukan tingkat penampilan
mereka.
Kebanyakan pelatih yang mapan berpendapat bahwa pelatih yang berhasil itu adalah sebagian seni dan sebagaian lainnya ilmu. Hal ini mengandung pengertian bahwa pelatihan menuntut kreativitas dan interpretasi mengenai cabang perorangan maupun situasinya.
Kebanyakan pelatih yang mapan berpendapat bahwa pelatih yang berhasil itu adalah sebagian seni dan sebagaian lainnya ilmu. Hal ini mengandung pengertian bahwa pelatihan menuntut kreativitas dan interpretasi mengenai cabang perorangan maupun situasinya.
Kegiatan-kegiatan dalam dasar ilmu kepelatihan merupakan
suatu aspek kegiatan dasar manusia bergerak sebagai objek formalnya. Oleh
karena untuk mempelajarinya diperlukan ilmu-ilmu penunjang yang ada hubungannya
dengan kegiatan kepelatihan seperti : ilmu faal (fisiologi), ilmu urai
(anatomi), ilmu jiwa (psikologi), ilmu gizi, ilmu pendidikan, sejarah
biomekanik, ilmu social, statistic, cidera olahraga, tes dan pengukuran
olahraga, belajar motorik.
Dengan mempelajari ilmu-ilmu penunjang tersebut agar lebih mudah bagi seorang pelatih membahas dan memecahkan permasalahan menyangkut kepelatihan.
Dengan mempelajari ilmu-ilmu penunjang tersebut agar lebih mudah bagi seorang pelatih membahas dan memecahkan permasalahan menyangkut kepelatihan.
Permasalahan yang timbul dalam dunia kepelatihan
kompleksitasnya sangat tinggi, sebagai contoh apabila sang atlet mempunyai
kondisi fisiknya lemah antisipasi seorang pelatih harus meningkatkan kondisi
fisik tersebut, dilain sisi akan tertundanya proses latihan teknik, mental dan
keterampilan, hal semacam ini dilakukan bersama-sama atau bagian demi bagian
dalam proses, disinilah bahwa pelatih juga dapat dikatakan sebagai seniman,
yaitu antara memadukan seni latihan fisik dan seni latihan keterampilan. Dan
pada akhir semua komponen latihan ini menjadi satu kesatuan pola cara melatih
keseluruhan dan menghasilkan prestasi yang optimal.
Definisi Pelatihan
Training sebagai proses yang sistematis dari berlatih atau
bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah
jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono, 1988:101)
Rothig (1972) Pelatihan adalah semua upaya yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan kemampuan dalam pertandingan olahraga.
Harre (ed., 1982) menjelaskan dalam pengertian luas,
pelatihan olahraga adalah keseluruhan proses persiapan yang sistematik bagi
atlet untuk mencapai prestasi tinggi. Pelatihan
adalah suatu proses berlatih yang berencana, menurut jadwal, menurut pola dan
sistem tertentu, metodis, dari mudah kesukar, teratur, dari sederhana ke yang
lebih komplek yang dilakukan secara berulang-ulang dan yang kian hari jumlah
beban latihannya kian bertambah.
Tujuan
Dan Ruang Lingkup Pelatihan
• Tujuan
utama latihan adalah untuk mengembangkan keterampilan dan performa atlet.
• Tujuan latihan
atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan
prestasinya semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek latihan
yang harus dilatih, yaitu (a) fisik, (b) teknik, (c) taktik, dan (d) mental.
(Harsono: 1988).
• Tujuan
umum latihan disamping memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan, mencakup
pengembangan dan penyempurnaan:
1. fisik secara multilateral
2. fisik secara khusus sesuai dengan
cabor
3. teknik cabornya
4. taktik/strategi yang dibutuhkan
5. kualitas kesiapan bertanding
6. persiapan optimal olahraga beregu
7. keadaan kesehatan atlet
8. pengetahuan atlet
3.
Landasan Sistem Pembinaan Olahraga
1.
Pendidikan Jasmani dan organisasi olahraga Nasional, yang di dalamnya mencakup
program pendidikan di sekolah, rekreasi dan klub-klub olahraga, dan struktur
organisasi dalam kepemerintahan.
2. Sistem latihan olahraga
4.
Komponen-Komponen Sistem Latihan
• Komponen
yang langsung mempengaruhi sistem latihan diantaranya: pelaksanaan latihan;
penilaian.
• Komponen
tidak langsung atau pendukung diantaranya: administrasi, kondisi ekonomi, dan
profesionalisme, serta gaya hidup masyarakat.
• Alokasi
dan kombinasi cabang olahraga yang tepat mengenai beban latihan. Mencakup
kegiatan berlatih dan bertanding.
• Harus
ada rasa saling percaya antara pelatih dan atlet atau timnya.
•
Pelatihan diarahkan sesuai dengan tuntutan spesifik suatu cabang olahraga.
• Kemajuan
prestasi berlangsung tidak dalam garis lurus yang menanjak.
LATIHAN
1.
Pengertian Latihan
Latihan adalah suatu proses berlatih
yang berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari
mudah kesukar, teratur, dari sederhana ke yang lebih komplek yang dilakukan
secara berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban latihannya kian
bertambah.
2.
Tujuan Latihan
Olahraga Prestasi Tujuan
latihannya adalah untuk meningkatkan prestasi semaksimal mungkin. Olahraga
Rekreasi Tujuan latihannya adalah pengisian waktu luang. Olahraga
Kesehatan Tujuan latihannya adalah meningkatkan atau memelihara derajat sehat
statis atau pun sehat dinamis. Olahraga Pendidikan Tujuan latihannya adalah disesuaikan
dengan tujuan kurikulum.
3.
Prinsip-Prinsip Latihan
a) Lama
latihan
b) Volume
latihan
c)
Intensitas latihan
d)
Kualitas Latihan
e) Beban
Lebih (Overload)
f)
Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)
g)
Spesialisasi
h)
Individualisasi
a) Lama Latihan
Lama latihan adalah jumlah waktu yang dipakai untuk latihan.
Misalnya kita latihan dari jam 14.00 sampai jam 17.00, berarti lama latihan
adalah 3 jam. Yang harus diperhatikan: “. . . as soo as bad features creep into
the performance, that particular practice must stop.” (Thomas: 1970).
b) Volume Latihan
Volume
latihan adalah jumlah waktu yang dipakai aktif selama latihan. Misalnya kita
latihan dari jam 14.00 sampai jam 17.00, jumlah istirahat selama latihan adalah
satu jam.
Rumusnya
adalah
VL
= WA – WI jadi VL = 180’ – 60’
VL
= 120’
c) Intensitas Latihan
Berat atau ringannya beban latihan
yang diberiakan oleh pelatih. Cara menghitung intensitas latihan menurut teori
Katch dan Mc Ardle (1983):
DNM
= 220 – Umur (dalam tahun) Takaran intensitas latihan untuk olahraga prestasi
adalah 80% - 95%
d) Kualitas Latihan
Latihan yang berkualitas adalah latihan yang benar-benar sesuai
dengan kebutuhan atlet, dan
apabila koreksi-koreksi yang konstruktif sering diberikan,
apabila pengawasan dilakukan
sampai ke detail-detail gerakan, dan apabila prinsip
overload diberikan.
Don’t practice makes perfect, but
only perfect practic makes perfect.
e) Beban Lebih (Overload)
Latihan yang diberikan haruslah lebih berat dari kemampuan
yang dimiliki oleh atlet tersebut. Harsono (1988) mengatakan: “berapa lama pun
kita berlatih, betapa sering pun kita berlatih, atau sampai bagaimana capik pun
kita mengulang-ngulang latihan tersebut, kalau tidak menerapkan prinsip beban
lebih maka peningkatan prestasi tidak akan dapat dicapai.”
f) Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)
Meskipun seseorang pada akhirnya mempunyai satu spesialisasi
keterampilan, sebaiknya pada permulaan berlatih dia dilibatkan dalam berbagai
aspek kegiatan hal ini dilakukan agar kelak pada masa spesialisasi mempunyai
dasar-dasar yang kokoh.
· The multilateral principle should be employed mostly when
training children and junior (Bompa, 1994).
g) Spesialisasi
Spesialisasi berarti mencurahkan segala kemampuan, baik
fisik maupun psikis pada satu cabang tertentu. Ozolin dalam (Bompa,1988)
mengungkapkan: “agar aktivitas-aktivitas motorik yang khusus mempunyai pengaruh
yang baik terhadap latihan, maka latihan harus didasarkan kepada dua hal: a)
melakukan latihan-latihan yang khas bagi cabang olahraga spesialisasi tersebut;
b) melakukan latihan-latihan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan biomotorik
yang dibutuhkan oleh cabang olahraga tersebut.”
h) Individualisasi
Tidak ada dua orang yang rupanya persis sama, dan tidak ada
pula dua orang yang secara fisiologis dan psikologis persis sama.
Kemampuan
usaha alet ditentukan oleh:
1. Usia
biologis dan kronologis atlet
2.
Pengalaman dalam melakukan olahraga
3.
Kemampuan kerja dan prestasi individu
4. Status
kesehatan
5.
Kegiatan diluar latihan
Semoga Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@
0 Response to "HAKIKAT PELATIHAN"
Posting Komentar