Hakikat
kepelatihan (disebut juga coashing) dalam bidang apapun ialah
meningkatkan ilmu, keterampilan, dan kinerja peserta pelatihan setinggi
mungkin dalam bidang yang ditekuninya. Demikian pula dalam pelatihan
olahraga tanding. Hakikat da tujuan kepelatihan olahraga ialah juga
meningkatkan ketiga unbsur tersebut agar
para pertandingannya (olahragawannya) mampu mencapai prestasi maksimal
mungkin. Krena itu tugas pelatih ialah membantu atlet-atlenya untuk
meningkatkan prestasi olahraganya setinggi mungkin.
Dalam
asperk apasaja pelatih bias membantu atletnya?sedikitnya ada 4 aspek
yang perlu dipeerhatikan pelatih kepada para atletnya untuk memungkinkan
mereka mencapai prestasi maksimalnya, yaitu :
a. Aspek fisik
b. Aspek teknik
c. Aspek taktik
d. Aspek mental
Aspek
tersebut harus diterapkan secara sistematik , berencana, serempak, dan
sinergis. Satu saja aspek tidak dilatih, tak mungkin perstasi maksimal
akan terwujud.
PRINSIP – PRINSIP LATIHAN
Untuk
memungkinkan meningkatkan prestasi, latihanb haruslah berpedoman pada
teoriu-teori seerta prinsif-prinsif latihan tertentu. Tanpa terpedoman
pada teori serta prinsip-prinsip latihan yang benar,
latihan seringkali menjurus ke peraktik mala-latih (mal-practice) dan
latihan yang yang tidak sistematik-metodis sehingga peningkatan prestasi
pun sukar di peroleh.
Oleh karena itu kita perlu pahami apa batasan (depenisi)training itu.
“Training
adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara
berulang – ulang , dengan kian hari kian menambah jumlah beban
latihannya.”
Sistematis : berencana,
menurut jadwal, menurut pola dan system, tertentu, metodis, dari mudah
ke sukar, dari sederhana ke yang lebih komplek, latihan teratur, dan
sebagainya.
Berulang-ulang : maksudnya
ialah agar gerakan – gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi
semakin mudah, otomatis, dan erflektif pelaksanaannya sehingga menghemat
energy.
Kian hari ditambah bebannya: maksudnya
ialah setiap kali, secara periodic, dan mana kala sudah tiba saatnya
untuk ditambah, bebannya harus di peerberat, kalau beban tidak lpernah
bertambah maka prestasipun tidak akan meningkat.
Selanjutnya
akan disajikan secara ringkas beberapa prinsip latihanyang paling
penting untuk menjadi pedoman bagi siapapun yang ingin meningkatkan
perporma pelatihannya atau prestasi olahraganya.
PRINSIP BEBAN LEBIH : prinsip
beban lebih (overload) adala prinsip latihan yang meneklankan pada
pembebanan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet,
atau di atas batas ambang-ambang rangsangan atlet.kalau beban latihan
terlalu ringan , maka berapa lamapun kita latihan maka prestasi tidak
aka meningkat, peningkatan perestasi tidak akan mungkin.
Karena
system faallah tubuh membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan
rangsangan – rangsangan latihan. Penerapan rangsangan overload hrus
dilakukan secara bertahap,progresif, serta di selingi denga
periode-periode pemulihan atau penurunan intensitas latihan dan volume
latihan.
Jadi :
a. Istirahat yang cukupsetiap hari adalah penting.
b. Hari-hari latihan berat harus di selingi dengan hari-hari latihan ringan.
c. Perencanaan
latiha harus disusun dalam sikluss-siklus, yaitu misalnya setelah
latihan puncak,. Latihan kemudian diturunkan intensitasnya dan
volumenya.
d. Agar efektif hasilnya latihan overload sebaiknya menganut “sistem tangga” (step-tipe-approach)
PERKEMBANGAN MULTILATERAL: prinsip
perkebangan multilateral atau menyelluruh sebaiuknya diterapkan pada
atlet-atlet usia muda. Pada permulaan belajar mereka harus dilibatkan
dalam beragam kegiatan agar demikian mereka memiliki dasar yang lebih
kokoh guna menunjang spesialisnya kelak. Bberdasarkan teori tersebut,
pelatih sebaiknya jangan etrlalu membatasi atlet dalam program latihan
yang menjurus pada perkembangan spesialisasi yang sempit di masa usia
terlalu dini. Prinsip perkembanga multilateraldidasarkan pada pakta
bahwa selaluada saling ketergantungan (interdependensi) antara semua
organ dan system tubuh manusia, dan antara proses-proses faallah dan
psikologis.
Prisif
multilaterak ini telah dianut banyak atlet didunia, antara lain bruce
jenner, juara dasa lomba Olimpiade Montreal, Nadia Comanecl, pesenam
nadal dari Rumania.
Barulah
kelak kalau atlet sudah milai dewasa dan cukup matang untuk memasuki
tahap latihan berikutnya, dan perkembangan fisiknya sudah memadai, sipat
latiha bagi dia bias mulai menuju sesialisasi. Dengan demikian maka
jalan menuju top prestasi biasanya juga akan lebih mulus, dan
prestasinya bias bertahan lebih lama.
PRINSIP REVERSIBILITY: prinsip
reversibility (kebalikan)mengatakan bahwa, kalau kita behenti berlatih,
tubuh kita akan kembali ke keadaan semula atau kondisinya tidak aka
meingkat .
Penelitian
saun dkk (pyke : 1991) menemukan bahwa tiga minggu istirahat akan
menurunkan VO2 max sebesar 25%. Untuk kembali ke kondisi semula
dibutuhkan waktu 4-6 minggu latihan.
Houston (pyke : 1991) menemukan bahwa setelah 15 hari tidak latihan daya tahan (endurance)pelari-pelari menurun secara sicnifik.
PRINSIP SPESIFIK : prinsip
spesifik (ke khasan, specificity)mengatakan bahwa manfaat yang bias
diperolleh dari rangsangan latihan bahwa akan terjadi kalau ransangan
tersebut mirip atau menyerupai gerakan-gerakan yang dilakukan dalam
olahraga tersebut. Contohnya untuk menguasai permainan bulu tangkis,
orang harus melakukan gerakan-gerakan yang di perlukan dalam bulu
tangkis.
Hal
serupa juga akan terjadi dengan komponen-komponen fisik lainnya seperti
kekuatan, kecepatan, kelentuka dan sebagainya. Kalau latihannya tidak
continue maka unsure-unsur tersebut juga akan berkurang kemampuannya.
Hal
ini juga akan terjadi pada hteknik-teknik gerakan dan skill. Kalau kita
lama tidak main tenis, maka teknik pukul, servis, smess akan menurun.
Karena itu kita harus berlatih secara continue, teratur, dan sistematis,
sedikitnya 3-4 kali dlam seminggu agar factor – factor biomotorik dan
keterampilan tidak akan menurun.
DENSITAS LATIHAN: densitas
latihan bias diterjemahkan dengan kepekatan, kepadatan, kekerapan. Yang
dimaksud dengan kepekatan latihan ialah frekuensi atau kekerapan atlet
dalam melakuka suatu rangkaian (serie) rangsangan per satuan waktu.
Jadi, istilah kepekatan mengacu pada hubunga yang dinyatakan antara
kerja dan fase istirahat dalam latihan.
Istirahat
(interval) antara dua rangsangan latihan bergantung pada intensitas
latihan da lamanya setiap rangsangan. Rangsanga diatas intensitas sub
maksimal membutuhkan istirahat yang cukup lama ketimbang kalau rangsangan tidak begitu tinggi.
Untuk latiha kekuatan terutama latihan untuk meningkatkan power atau kekuatan maksimal, istirahatnya ialah antara 3 – 5 menit.
Jadi kita lihat disini istirahat sama pentingnya dengan latihan.
VOLUME LATIHAN : volume latihan merupakan bagian yang penting dalam
latihan, baik untuk latihan teknik, taktik, maupun fisi volume latihan
tidak sama dengan lamanya (duration). Latihan . bias saja latihan
berlangsung singkat namun materinya banyak. Atau sebaliknya. Latihan
berlangsung lama namun tanpa dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
Volume latihan ialah kuantitas beban latihan atau banyaknya materi latiha yang bias dinyatakan dalam :
a. Total waktu berlangsung latihan
b. Jarak yang harus ditempuh atau beban beban yang harus diangkat persatuan waktu.
c. Jumlah
repetisi dalam melakukan suatu latihan, atau dalam melatih suatu unsure
teknik atau keterampilan tertentu. Misalnya lari 400 m sebanyak 10
repetisi,(berarti volume latihanya adalah 4000 m)
Jadi volume latihan ialah jumlah aktifitas yang dilakukan dalam latihan.
Jumlah volume latihan. Semakin tinggi tingkat prestasi atlet, semakim banyak pula jumlah volume latihan yang harus dilakukan.
Bompa
(1994) juga mengatakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi anatara
volume latihan per tahun dengan prestos yang ingin dicapai oleh atlet.
PRINSIP SUPERKOMPENSASI. Prinsip
ini mengacu pada dampak latihan dan regeneerasi organism tubuh kita
yang menjadi dasar biologis untuk persiapanuntuk persiapan fisik dan mental dalam menghadapi latihan atau pertandingan berikutnya
INTENSITAS LATIHAN. Perubahan fisiologis dan
pskologis yang positif hanyalah mungkin bila atlet berlatih melalui
suatu program latihan yang intensif, yaitu latihan yang secara progresif
menambah program kerja, jumlah ulangan gerakan (repetisi), serta kadar
intensitas dari repetisi tersebut.
Intensitas
latihan mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu
tetentu. Makin banyak kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu
tertentu, makin tinggi intensitas kerjanya.
Misalnya : lempar 60 bola dalam 1 menit adalah lebih intensip daripada lempar bola 30 bola dalam satu menit.
Intensif tidaknya latihan tergantung dari beberapa paktor (Bompa :1994)
a. Beban latihan
b. Kecepatan dalam melakukan gerakan – gerakan
c. Lama singkatnya interval diantara refetisi-refetisi
d. Stress mental yang di tuntut dalam latihan
Berat ringan nya intensitas : berat
ringannnya intensitas suatu latihan dapat diukur dengan tipe atau sipat
latihan tesebut. Untuk latihan – latihan yang mengandung unsure
kecepatan, intensitas intensitas mlakukan gerakan diukur dalam suatu
jarak per detik atau per menit. Latihan yang dilakukan melawan suatu
tahanan (resistance) diukur dalam kg atau kgm.( Kg yang diangkat 1 m melawan daya tarik bumi (gravitasi).
Zona intensitas latihan. Klasifikasi zona intenstas latihan yang didasarkan pada penemuan
Intensitas berdasarkakn pada denyut jantung. Selama
latihan, kadar intensitas kerja yang dilakukan atlet biasanya beragam.
Kadang – kadang tinggi, kadang – kadang medium/rendah.
Organism
tubuh kita menyesuaikan diri dengan kadar intensitas tersebut dengan
cara meningkatkan fungsi – fungsi faallah agar bias menyesuaikan diri
dengan tuntutan latihan.didasarkan pada perubahan – perubahan faal
tersebut, khususnya denyut jantung, pelatih dapat memonitor intensitas
program latihan.klasifikasi mengenaiintensitas yang didasarkan pada DJ
(denyut jantung)sebagaimana dianjurkan Nikiforov (1974) adalah sebagai berikut :
KUALITAS LATIHAN. Berlatih
secara intensif saja belum bermanfaat apabila latihan atau dril-dril
yang diberiklan tidak berbobot, bermutu, berkualitas,. Orang bias saja
berlatihkeras sampai habis napas dan tenaga, tetapi isi latihannya tidak
bermutu. Karena itu prestasinya tidak akan meningkat. Lalu apa yag
dimaksud dengan latihan yang berkualitas itu?
Latihan yag berlkualitas adalah :
a. Apabila latihan dan dril-dril yang diberikan memang benar-benar bermanfaat dan sesuai dengana kebutuhan atlet.
b. Apabila korelasi – kkorelasi yang tepat dan konsumtif sering diberikan
c. Apabila pengawasan dilakukan oleh pelatih sampai gerakan – gerakan yang paling rinci, da setiap kesalahan segera diperbaiki.
d. Apabila prinsip overload diterapkan, baik dalam aspek teknik, taktik, maupun mental.
Contoh model training
1. Menciptakan stress yang tiba-tiba dan tidak di duga-duga sebelumnya oleh atlet.
2. Latihan
isolasi. Dalam latihan isolasi ini atlet untuk beberapa waktu harus
berlatih sendiri tanpa dihadiri scara langsung oleh pelatihnya. Maksud latihan demikian adalah untuk mempersiapkan atlet untuk berdikari dan agar atlet mampu memecahkan masalah – masalahnya sendiri
kalau dalam latihan terjadi kesalahan – kesalahan. Situasi demikian
akan dijumpai oleh atlet kelak pada waktu perlombaan.
TEST TRIAL.
Antara jadwal latihan dan jadwal pertandingan atau test trial harus;ah
ada keseimbangan yang wajar. Training yang baik dibarengi dengan
perencanaan test trial yang cerdik dan seksama, kecuali dapat
menumbuhkan rasa percaya diri pada atlet, akan pula dapat membantu dia
untuk lebih mengenal akan tugas-tugas yang harus dikerjakan. Situasi dan
peraturan perlombaan yang sebenarnya, serta pengaturan taktik dan
stategi sebelum dan selama perlombaan. Demikian pula akan membulka
matanya akan kekurangan-kekurangannya, baik dalam teknik, fisik, taktik,
mental.
Yang
penting adalah bahwa tujuan test trial adalah untuk mengevaluasi sampai
dimana kemajuan (atau kemunduran) atlet setelah berlatih sekian lama.
Oleh karena itu antara test trials haruslah ada waktu yang cukup untuk
erl;atih guna memungkinkan atlet memperbaiki kekurangn-kekuranganya.
Kesalahan banyak pelatih adalah bahwa mereka terlalu sering melakukan
test ujicoba dan bahwa dlam dalam setiap test uji coba atlet harus
menang.
MENETAPKAN SASARAN
Stiap
atlet harus mempunyai sasaran (tujuan, goal) dalam latiuhan, baik
sasaran jangka panjang, menengah, maupun sasaran jangka pendek, sasaran
adalah penting karena :
1. Akan dapat meningkatkan motivasi, konsentrasi, dan semangat atlet untuk berlatih.
2. Atlet secara mental akan merasa wajib dan terikat untuk mencapai sasaran tersebut
3. Kalau
sasaran berhasil dicapai, atlet akan memperoleh keppuasan untuk
kebanggaan tersendiri, sehingga akan terdorong untuk menggapai sasran
yang lebih tinggi.
Beberapa ketentuan dalam menetapkan sasaran :
1. Harus
ditetapkan jangka panjang (misalya juara PON)jangka menengah (misalnya
kondisi fisik yang baik), dan jangkka pendek (misalnya lemparanya harus
mencapai 30 m)
2. Sasaran
harus spesifikda dapat diukur subjektif mungkin. Misalnya, dalam 2
bulan atlet diharap sudah kuat lari sejauh 2531 m dalam jangka waktu 12
menit. Atau mengangkat barbell seberat 30 kg sebanyak 8 kalii maksimal.
Contoh sasaran yang tidak spesifik dan tidak objektif adalah seperti ini
“setelah latihan 2 bulan, kondisi fisik atlet harus sudah mencapai
tingkat optimal”
PEMANDUAN BAKAT OLAHRAGA
PRASAYAR PENENTUAN BAKAT
Perkembangan
prestasi seorang atlet akan lebih mulus apabila atlet tersebut
berlatihdalam cabang olahraga yang paling sesuai baginya dan memiliki
potensi yang dibutuhkan untuk melakukan cabang olahraga tersebut.
Pada
dasarnya, menentukan bakat atau tidak berbakatnya seorang anak untuk
suatu cabang olahraga tertentu harus dilakukan dengan cara melihat,
memperhatikan, dan mengawasi dengan seksama bagaimana anak tersebut
berkiprah dalam latihan – latihan. Dengan memperhatikan annak tersebut
berlatih kita akan dapat memperkirakan :
a. Apakah dia mudah dan cepat mempelajari suatu skill yang masih baru baginya (motor educability).
b. Apakah dari waktu-kewaktu Nampak jelas perkembanganya dalam kemampuan dan potensi olahraga.
c. Apakah dia bias menerima dengan wajar dan baik stress-stress yang dialaminya dalam latihan.
d. Apakah interesse atau perhatianya dalam olahraga meningkat.
e. Bagaimana motifasinya dalam berlatih.
Karena
itu. Keikut sertaan anak dalam latihan-latihan adalah kondisi eksternal
yang penting untuk menentukan apakah anak berbakat dan cocok untuk
cabang olahraga yang dilakukan.
Kondisi social. Kondisi
– kondisi social biasanya juga berpengaruh terhadap kemajuan prestasi
anak dalam latihan. Deikian terhadap kemajuan prestasinya. Contohnya :
perhatian serta dorongan orang tuaakan amat berpengaruh terhadap
perkembangan olahraga anak muda tersebut.
Atlet-atlet
muda sebaiknya juga anak-anak yang tergolong pandai disekolah.
Atlet-atlet yang pandai dan senang kerja keras biasanya juga lebih
mengerti dan dapat lebih cepat menyesuaikan diri denga proses latihan
yang makin lama makin komplek.
Jadi
mengidentifikasi apakah seorang anak berbakat olahraga atau tidak
sebetulnya merupakan suatu usaha observasi jangka panjang (long term
obsevasion). Banyak pelatih atau pemandu bakat menentukan berbakat
tidaknya seorang anak hanya atas dasar prestasi anak dalam pertandingan,
malah seringkali dalam satu pertandingan saja. Cara demikian
menyebabkan sa;ah pilih, sehingga setelah di bina dan dilatih beberapa
lama ternyata anak tidak meunjukan bakat-bakat istimewa sebagaimana
diharapkan. Dengan sendirinya hal ini menyebabkan pemborosan dalam dana,
tenaga, pikiran, sarana, dan sebagainya.
Tujuan utama pemanduan bakat
adalah untuk memprediksi dengan probabilitas yang tinggi sebeapa besar
pelung seorang untuk mampu mencapai prestasi maksimal. Haree
(1982)menambahkan bahwa anak yang berbakat adalah anak yang bisa
menyelesaikan program latihanjuniornyaaa dengan baik, dan yang dengan
perhitungan yang wajar (reasonable measure of sentainty) akan mampu
menjalani latihan ditahap-tahap selanjutnya. Semakin cepat atlet muda
tersebut memperlihatkan kemampuan dan kecocokanya untuk cabang olahraga
yang diikutinya, semakin sukses dia akan emnyelesaikan program
juniornya. Dengan demikian atlet muda tersebut akan mempunyai lebih
banyak waktu untuk berlatih sebelum mencapai gol;den akhirnya.
Pengidentifikasian
bakat juga menganut factor-faktor internal dan eksternal. Artinya anak
yang berbakat adalah anak yang memiliki factor-faktor internalyang baik,
yang kalau ditunjang oleh factor-faktor eksternal yang optimal akan
mampu mencapai prestasi maksimal. Factor-faktor internal adalah antara
lain motivasi, ambisi, tekad, kegemaran olahraga, ketahanan terhadap
stress dan sebagainya. Sedangkan factor-faktor eksternal adalah misalnya
fisk yang baik, gizi yang baik, pelatih yang baik, kesejahtraan hidup
terjamin, sarana dan prasarana latihan terjamin, meskipun factor
internalnya baik namun kalau factor eksternalnya tidak menunjang, maka
bakat anak akan tetap tinggal bakat tinggal saja, demikian pula
sebaliknya. (Harsono 1988).
PEMANDUAN DAN REKOKNISI DINI
Sebaiknya
pemanduan bakat dimulai sedini mungkin. Caranya adalah dengan melihat
dan memantau anak yang berolahraga disekolah-seklah atau di club-club
olahraga, atau melaluimelalui pertandingan-pertandingan. Selain itu,
beberapa aspek dan karakteristik yang perlu diperhatikan adalah :
1. Analisis
yang menyeluruh dan lengkap mengenai kondisi fisik da mental anak, oleh
karena itu aspek-aspek tersebut merupakan dasar guna memilih
(screening)dan men-sleksi anak yang diharapkan dan dapat memenuhi
ketentuan-ketentuan standar untuk prestasi olahraga.
2. Beberapa factor determinan utama lain yang penting dipantau guna menentukan bakat olahraga ialah :
a. Karakteristik
antropometriknya, seperti tinggi badan, beratr badan, serta kaitannya
dengan parameter fisik tertentu. Berbagai hasil study menunjukan bahwa
tinggi dan berat badan merupakan factor determinan untuk memperoleh
efisiensi yang tinggi dalam olahraga, terutama dalam olahraga atletik,
renang, permainan dengan bola, dan beberapa cabang olahraga lainya.
Penting
pula diikuti pertumbuhan fisik si anak, apakah menginjak dewasa kelak,
pertumbuhan tinggi dan berat badanya baik. Sebagai patokan bisa dipakai
pedoman bahwa :
- Anak yang tinggi sebelum masa pubertas, pada umumnya juga akan tinggi pada masa dewasa
- Anak
yang kedua orangtuanya tinggi, atau salah seorang diantara kedua orang
tuanya tinggi, seringkali lebih tinggi dari ukuran rata-rata setelah
dewasa (Herre :1982).
b. Speed
– strength, yang dimaksud disana adalah mereka pada waktu kanak-kanak
larinya cepat. Sampai suatu batas tertentu, kecepatan tertentu,
kecepatan lari bisa dijadikan indicator dari speed-strengthuntuk cabang
olahraga lainya. Oleh karena itu sspeed-strength sangat penting utnuk
semua cabang olahraga. Dan kemampuanlari lari dengan cepat diperlukan
dalam banyak cabang olahraga, maka anak – anak yang larinya cepat harus
di sleksi sedini mungkin.
c. Koordinasi.
Atlet-atlet muda yang kelak akan spesialisasi dalam cabang ol;ahraga
yang menuntut teknik yang rumit dan koordinasi geerak seperti senam,
loncat indah, renang ritmik, dan lain-lain.adalah anak-anak yang waktu
kecil memiliki kemampuan untuk belajar gerak motorik dengan baik.
Kemampuan demikian akan terlihat pada pelajaran senam disekolah.
Selain
itu, mereka juga memilki motor educability yang baik. Artinya mereka
cepat dan mudah mempelajari suatu gerakan atau skill yang masih baru
bagi mereka.
Selain
itu untuk cabang olahraga senam dan loncat indah, koordinasi juga
sangat dominan dalam cabang olahraga gulat, tinju, dan cabang olahraga
permainan dengan bola.
d. Kemampuan analisis dan antisipasi dalam
permainan. Suatu factor determinan lainya ialah kemampuan anak untuk
membaca, mengantisipasi, dan menganalisis situasi-situasi dalam
permainan, serta kemampuannya untuk merespon secara tepat dan benar
terhadap situasi-situasi tersebut. Kemampuan tersebut sangat penting
dalam cabang olahraga seperti gulat, tinju, judo,. Jadi anak dengan
kemampuan-kemampuan tersebut diatas berpeluang untuk cabang olahraga
tersebut.
INDIKATOR LAINNYA
Untukl
mengurangi sebanyak mungkin, atau untuk menghapus kemungkina salah
pilih, maka beberapa indicator kemampuan olahraga lainya yang bisa
dijadikan pedoman dalam menentukan bakat olahraga.
1. Indicator tentang tingkat prestasi atau perpormaya dibandingkan dengan teman-teman seusianya.
2. Indicator tentang tempo atau cepat tidaknya perkembangannya dalam olahraga setelah mengikuti suaatu program latihan, dan
apakah berpotensi untuk berkembang terus, anak yang memiliki bakat,
peningkatan prestasinya lebih cepat daripada anak yang tidak berbakat.
3. Indicator apakah peningkatan prestasinya stabil, apakah naik-turunya prestasinya tidak stabil.
4. Indicator
mengenai toleransi dan ketahanannya terhadap beban latihan yang
diberikan, apakah mampu menyesuaikan diri dengan pembebanan latihan yang
intensitas dan volumenya semakin meningkat.
5. Indicator keuggulan atau cirri – cirri prestasi yang unik di lingkungan sekolah.
Beberapa aspeek psikologis dan social penting pula untuk dipertimbangkan dalam mengevaluasi bakat anak. Antara lain ialah :
1. Bagaimana perhatianya (interese) anak akan olahraga pada umumnya.
2. Bagai mana perhatianya dalam olahraga, baik disekolah maupun di luar sekolah.
3. Bagaimana partisifasinya dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat, di klub-klub olahraga, dan lain-lain.
4. Bagaimana motifasi berolahraganya, intrinsic atau ekstrinsik.
0 Response to "HAKIKAT KEPELATIHAN"
Posting Komentar